Langsung ke konten utama

JENIS-JENIS PROSA MINANGKABAU
                 
1. Mantra
            Mantra adalah puisi yang tertua dalam sastra Minangkabau dan dalam berbagai bahasa daerah lainnya. Mantra dalam kesusastraan Minagkabau, menjelaskan bahwa mantra masih digunakan oleh dukun / pawang. Dalam sastra mMinangkabau ini, mantra dapat digunakan pada waktu pembangunan rumah, mengobati orang sakit, dan juga pada saat menuai padi di sawah.
Contoh :
Mantra menuai Padi
           
                         Silansari – bagindo sari
                        Silansari banyak – sari bagadun
                        Angkau banamo – banyak namo
                        Si lansari – ka aku tuai
                        Urang kinari – pai barameh
                        Urang singakarak – pai mandulang
                        Si lansari aku – jaanlah cameh
                        Ka ku tuai – ku bao pulang
                        Hai silansari – bagindo sari
                        Molah kito – pulang ka rumah
                        Sarato jo rajo – rajo angkau
      2. Pantun
Pada umumnya pantun sudah dikenal terdiri dari 4 baris, bersajak ab-ab, dua baris awal berupa sampiran, dan dua baris akhir berupa isi.
Contoh :
            Baburu ka padang data
              Dapeklah ruso balang kaki
              Baguru kapalang aja
              Bak bungo kambang tak jadi


3.  Talibun
Talibun banyak persamaannya dengan pantun, talibun terdiri atas 6 barisdalam suatu kalimat atau ungkapan yang mengandung pengertian baris, bersajak abc-abc, tiap baris awal berupa sampiran, dan tiga baris akhir berupa isi.
Contoh:
            Panakiak pisau sirauik
             Ambiak galah batang lintabuang
             Silodang ambiak ka niru
             Nan satitiak jadikan lauik
             Nan sakapa jadikan gunuang
             Alam takambang jadikan guru

4. Pepatah – Petitih
Pepatah-petitih adalah suatu kalimat atau ungkapan yang mengandung pengertian yang dalam, luas, tepat, halus, dan hiasan. Hal ini disebabkan oleh kecenderungan watak masyarakat Minangkabau yang lebih banyak menyampaikan sesuatu secara sindiran. Kemampuan memahami sindiran dianggap pula sebagai ciri kearifan.
Fungsi utama pepatah-petitih adalah nasihat.
Contoh :
            Duduk marauk ranjau, tagak maninjau jarak
5. Bidal
            Bidal adalah jenis puisi lama dalam bentuk peribahasa dalam sastra Melayu lama yang kebanyakan berisi sindiran, peringatan, nasehat, dan sejenisnya. Bidal merupakan jenis peribahasa yang memiliki arti lugas, irama dan rima, sehingga bisa digolongkan ke dalam jenis puisi. 

Bidal dibagi menjadi beberapa kategori : 
  1. Ungkapan yaitu kiasan tentang keadaan atau kelakauan yang dinyatakan dengan sepatah atau beberapa patah kata. 
  2. Peribahasa yaitu kalimat yang menggunakan pembanding untuk melukiskan sesuatu. 
  3. Tamsil, yaitu seperti perumpamaan tetapi dikuti bagian kalimat yang menjelaskan. 
  4. Ibarat, yaitu seperti perumpamaan dan tamsil tetapi diikuti bagian yang menjelaskan yang berisi perbandingan dengan alam. 
  5. Pepatah, yaitu kiasan tetap yang dinyatakan dalam kalimat selesai. 
  6. Pemeo, yaitu ucapan yang terkenal dan diulang-ulang, berfungsi sebagai semboyan atau pemacu semangat.
Contoh bidal adalah: 
  • Bagai kerakap di atas batu, hidup segan mati tak mau 
  • Ada ubi ada talas, ada budi ada balas
6. kias
            kias merupakan sesuatau yang ingin disampaikan pada orang lain, berupa nasehat yang lainnya, akan disampaikan dalam berbagai metafora dan sindiran. Kearifan yang dimiliki masyarakat Minangkabau saat bertutur dan berkata-kata selalu disampaikan dengan pilihan kata yang terseleksi agar tidak menyinggung perasaan orang lain. Bagi yang tak bisa memahami kondisi ini, maka yang bersangkutan akan dianggap belum mampu menjadi manusia dewasa.
            Jika ada orang yang sama sekali tidak faham dan tidak mempan dengan berbagai kiasan dan sindiran, maka derajat orang tersebut akan jatuh dan lebih rendah dari derajat yang dimiliki manusia, “manusia tahan kieh, binatang tahan palu”.
Kebiasaan yang telah diwarisi sejak lama ini merupakan cerminan dari kehalusan budi yang dimiliki orang Minangkabau dalam menjaga harkat pribadi maupun orang lain.
COTOH KIAS
“Bagantuang di Aka Lapuak”
PEMIMPIN masyarakat dalam terminology adat Minangkabau digambarkan sebagai sosok manusia yang harus memiliki kekuatan, kecakapan, mempunyai daya pikat dan kharismatik yang tinggi, serta cerdas dalam memimpin. Dalam masyarakat Minangkabau, sosok pimpinan yang diidamkan dianalogikan sebagai sebatang pohon beringin.
Pohon beringin biasanya tumbuh dan berdiri kokoh di pusat nagari, yang diuraikan dengan cerdas oleh masyarakat Minangkabau sebagai:
batangnyotampek basanda,
daunnyolabek dapek balinduang,
urek-nyo gadang tampek baselo,
akanyo kuek kadipagantuang.

“Pucuak Lah Maampeh, Urek Lah Basaua”
HOMOGENITAS dalam masyarakat Minangkabau tak lantas menjadikan wangsa ini tertutup dalam pergaulan dengan wangsa lain dan menjadi ekslusif. Tradisi merantau yang telah dimiliki wangsa Minangkabau sejak awal, telah membentuk watak dan karakter dalam diri wangsa MInangkabau menjadi manusia bebas, terbuka mudah bergaul dengan berbagai etnis yang ada. Pertemuan dalam dunia rantau dengan berbagai etnis tersebut telah membuahkan berbagai bentuk hubungan kekerabatan antar etnis maupun sesama etnis minang sendiri. Tak jarang hubungan tersebut berlanjut menjadi istimewa lebur dalam hubungan yang lebih dalam, yang lazim dalam bahasa Minangkabau disebut dengan istilah “badunsanak”.


            adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat.
Contoh:
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barangsiapa tinggalkan sembahyang (b)
Bagai rumah tiada bertiang (b)
Jika suami tiada berhati lurus (c)
Istri pun kelak menjadi kurus (c)
8. Hikayat
            Hikayat adalah salah satu bentuk sastra karya prosa lama yang isinya berupa cerita, kisah, dongeng maupun sejarah. Umumnya mengisahkan tentang kephalawanan seseorang, lengkap dengan keanehan, kekuatan/ kesaktian, dan mukjizat sang tokoh utama
 Macam-macam Hikayat berdasarkan isinya, diklasifikasikan menjadi 6 :
1. Cerita Rakyat
2. Epos India
3. Cerita dari Jawa
4. Cerita-cerita Islam
5. Sejarah dan Biografi
6. Cerita berbingkat
Macam-macam Hikayat berdasarkan asalnya, diklasifikasikan menjadi 4 :
1. Melayu Asli
    Hikayat Hang Tuah (bercampur unsur islam)
    Hikayat Si Miskin (bercampur unsur isl;am)
    Hikayat Indera Bangsawan
    Hikayat Malim Deman
2. Pengaruh Jawa
    Hikayat Panji Semirang
    Hikayat Cekel Weneng Pati
    Hikayat Indera Jaya (dari cerita Anglingdarma)
3. Pengaruh Hindu (India)
    Hikayat Sri Rama (dari cerita Ramayana)
    Hikayat Perang Pandhawa (dari cerita Mahabarata)
    Hikayat Sang Boma (dari cerita Mahabarata)
    Hikayat Bayan Budiman
4. Pengaruh Arab-Persia
    Hikayat Amir Hamzah (Pahlawan Islam)
    Hikayat Bachtiar
    Hikayat Seribu Satu Malam

Ciri-ciri Hikayat :
1. Anonim : Pengarangnya tidak dikenal
2. Istana Sentris : Menceritakan tokoh yang berkaitan dengan kehidupan istana/ kerajaan
3. Bersifat Statis : Tetap, tidak banyak perubahan
4. Bersifat Komunal : Menjadi milik masyarakat
5. Menggunakan bahasa klise : Menggunakan bahasa yang diulang-ulang
6. Bersifat Tradisional : Meneruskan budaya/ tradisi/ kebiasaan yang dianggap baik
7. Bersifat Didaktis : Didaktis moral maupun didaktis religius (Mendidik)
8. Menceritakan Kisah Universal Manusia : Peperangan antara yang baik dengan yang buruk,     dan dimenangkan oleh yang baik
9. Magis : Pengarang membawa pembaca ke dunia khayal imajinasi yang serba indah
9. Pameo
            Pameo adalah peribahasa yang berupa semboyan, berfungsi untuk mengobarkan semangat/menghidupkan suasana.

Contoh:
  • Gantungkan cita-citamu setinggi bintang artinya agar kita tidak pesimis dan berusaha untuk mencapai cita-cita itu.
  • Belakang parang pun akan tajam bila diasah terus-menerus artinya betapapun bodohnya seseorang dapat diubah menjadi pintar bila ia belajar dengan sungguh-sungguh.




Komentar